Minggu, 19 Juni 2011

BAB V FUNGSI TINGGALAN PRASEJARAH DALAM MENATAP MASA DEPAN (KABUPATEN PEKALONGAN)

Tinggalan prasejarah dalam bentuk bangunan-bangunan megalitik masih belum dapat dimanfaatkan dalam usaha pembangunan bangsa secara maksimal. Tinggalan arkeologi saat ini hanya efektif untuk meningkatkan pengetahuan arkeologi khususnya bagi para akademisi jurusan arkeologi maupun para peneliti arkeologi. Fungsi arkeologi belum menyentuh dan mencapai kepentingan masyarakat luas. Bahkan peninggalan arkeologi (tradisi megalitik) di kabupaten Pekalongan tinggalan ini belum pernah diteliti secara intensip.Baru pada tahun 2008 penelitian arkeologi khususnya tradisi megalitik dilakukan secara sistematis. Memang banyak lapisan masyarakat yang kurang faham terhadap arkeologi. Bahkan apa sumbangan arkeologi pada umumnya dan tradisi megalitik khususnya, untuk kehidupan bangsa masih menjadi pertanyaan besar. Hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi dan penyebaran informasi tentang nilai-nilai luhur bangsa yang terkandung dalam tradisi megalitik. Perlu diketahui bahwa tinggalan arkeologi (mencakup tradisi megalitik) dapat dipergunakan sarana untuk memberi sumbangan dalam berbagai sektor pembangunan.

Seperti telah disebutkan di atas bahwa tinggalan arkeologi mengandung keterkaitan dengan berbagai aspek, yaitu:
- aspek ideologik
- aspek edukatif
- aspek economik
Sudah lama dikaji tentang strategi kebudayaan termasuk arkeologi dalam meningkatkan kualitas moral, mental dan spiritual masyarakat khususnya dan bangsa pada umumnya. Hal ini dikarenakan budaya dapat dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat dalam bernegara dan berbangsa. Banyak nilai-nilai kehidupan yang adiluhung yang dapat dicari benang merahnya melalui kehidupan tradisi megalitik. Pada bangunan tradisi megalitik yang bersifat monumental dapat diketahui bagaimana sepak terjang dan perilaku masyarakat yang hidup dengan menjunjung nilai luhur bangsa. Nilai luhur bangsa yang tercermin dalam tradisi megalitik yang berhasil digali melalui studi analogi ethnografi antara lain mencakup:
- Kebersamaan dalam berbagai aktivitas kemasyarakatan.
- Kemauan setiap anggota masyarakat untuk memberikan sumbangan yang menunjukkan rasa senasib sepenanggungan.
- Kemauan setiap individu dalam suatu masyarakat untuk mendarmabaktikan dirinya dalam kepentinmgan kemasyarakatan.
- Adanya sifat dan semangat bergotong royong dalam berbagai kepentingan sosial kemasyarakatan.
- Langsung maupun tidak langsung membi,mbing dan membina setiap anggota masyarakat tetap memiliki jatidiri dan kepribadian yang terus relevan dalam kehidupan masyarakat dari generasi ke generasi.

Tinggalan masa prasejarah di kabupaten Pekalongan seperti juga tinggalan di tempat lain memiliki nilai-nilai luhur, yang mengacu dan mengatur kehidupan nenek moyang di masa lalu. Banyak ciri dan cara kehidupan masa lalu yang dapat dikatakan sebagai ”budaya yang bersifat positif”, yang dapat diikuti sampai saat ini. Diikuti maksudnya adalah dapat terus dilakukan dan diteladani dalam mengimplementasikan nilai luhur masa lalu untuk masa kini. Nenek moyang pada masa pra-sejarah yaitu bangsa pendukung bahasa Austronesia yang merupakan nenek moyang bangsa Indonesia telah terbina dan tergembleng oleh kehidupan yang penuh ancaman pada saat menempuh samudra luas. Disanalah setiap individu akan merasakan kedekatan hati nurani antara satu dan lainnya, karena merasa senasib sepenanggungan selama ditengah laut. Rasa kehawatiran, rasa ngeri yang luar biasa, ketakutan karena kehilangan saudara, dan setiap saat maut menjemput karena gelombang yang begitu besar dengan badai yang kencang. Dalam perjalanan itulah maka nenek moyang saat itu memiliki rasa kebersamaan, dan rasa senasib sepenanggungan serta solidaritas tinggi terhadap sesama.
Oleh karena itu tidak mengherankan apabila nenek moyang bangsa Indonesia memiliki jatidiri yang kokoh dan kepribadian luhur, mementingkan kebersamaan , meningkatkan persatuan dan kesatuan, toleransi, semangat gotong royong tinggi, memiliki rasa ikut memiliki dan lain-lain. Bahkan dengan kesamaan tanah asal, kesamaan bahasa, kesamaan budaya dan kesamaan bangsa itulah maka hendaknya setiap generasi akan mengingat tentang masa lalu yang kehidupannya dilandasi oleh jatidiri dan kepribadian luhur.
Dalam hubungannya dengan bangsa lain baik yang tinggal di Asia Tenggara, Pasifik sampai ke Madagaskar dapat menelusuri sejarah mereka, sehingga akan mengetahui awal mula dari keberadaan bangsa-bangsa tersebut. Dengan mengetahui dan menyadari akan kesamaan nenek moyang, budaya, kesamaan bahasa maka secara langsung maupun tidak langsung akan dapat menyadarkan bangsa-bangsa tersebut untuk meningkatkan persahabatan dan perdamaian.
Haryati Soebadio dalam Asian Folklore Studies mengatakan bahwa ”Kesadaran akan kepentingan sejarah boleh diakui belum berkembang lama di Indonesia. Namun dewasa ini semakin disadari, bahwa setiap bangsa memerlukan pengetahuan mengenai masa lampau sendiri mulai dari awal, guna mengarahkan pengembangan budayanya... . Pengetahuan sejarah sanggup memberikan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian budaya (cultural identity), supaya dalam pengembanmgan hari depannya, bangsa yang bersangkutan tetap merupakan bangsa yang mandiri dalam kenyataan pribadinya” (Haryati Soebadio, 1997).
Edukasi atau pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan, dan teknologi bagi suatu bangsa . Pendidikan di sini dimaksudkan bukan hanya pendidikan yang mengedepankan ilmu poengetahuan dan teknologi semata. Pendidikan disini dimaksudkan adalah pendidikan yang mencakup berbagai aspek kehidupan. Peningkatan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi tujuan utama, tetapi disamping itu pendidikan juga harus dapat meningkatkan moral, mental dan spiritual masyarakat dan bangsa. Suatu pendidikan dapat dikatakan berhasil apabila dapat men-transfer nilai-nilai luhur masa lalu kepada generasi berikutnya, karena nilai-nilai luhur masa lalu merupakan dasar dan embrio dari nilai-nilai masa kini dan yang akan datang.
Tinggalan warisan budaya dari masa pra-sejarah di kabupaten Pekalongan, memiliki dan mencerminkan nilai-nilai luhur yang merupakan bingkai kehidupan manusia. Dari masa pra-sejarah khususnya dari kehidupan masa berkembangnya tradisi megalitik merupakan awal dari kehidupan luhur bangsa yang dilandasi oleh nilai-nilai kehidupan yang mengutamakan kebersamaan dan gotong royong. Kehidupan masa lalu merupakan salah satu dari awal ,munculnya jatidiri dan kepribadian bangsa. Disanalah ada rasa ikut memiliki, rasa solideritas tinggi, toleransi, bahu membahu, jiwa patriotisme dan pantang menyerah serta memiliki semangat persatuan dan kesatuan tinggi. Oleh karena itu maka kehidupan masa lalu dengan seluruh nilai-nilai luhur yang menjadi bingkainya harus dikemas dalam suatu informasi yang dapat dijadikan sarana ajar mengajar, sehingga nantinya akan terbentuk generasi yang bertanggungjawab dan mampu meneladani masa lalu yang begitu luhur.
Mengingat bahwa budaya di Kabupaten Pekalongan mengandung nilai-nilai luhur bangsa yang penting bagi pembangunan mental, moral spiritual dan material maka niloai-nilai mentifak (mentifact) yang mengacu pada nilai-nilai kerukunan, kebersamaan gotong royong, persatuan hatus diteladani karena sangat relevan untuk kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Ujud benda dalam bentuk bangunan monumental selain sebagai visualisasi dalam belajar mengajar dapat bermanfaat bagi budaya, ilmu pengetahuan dan pariwisata. Dalam hubungannya dengan pendidikan, hendaknya nilai-nilai yang terkandung dalam bangunan megalitik dapat disebarluaskan dan diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya. Dalam memanfaatkan tinggalan tradisi megalitik di Kabupaten Pekalongan sebagai sarana untuk membantu mencerdaskan bangsa dan memebentuk manusia Indonesia seutuhnya maka haris disusun informasi yang mudah dipahami. Untuk itu maka perlu studi mendalam terhadap tinggalan tersebut melalui studi survei maupun ekskavasi, analisis temuan dan eksplanasi yang lugas yang mudah dipahami oeleh berbagai lapisan masyarakat.
Hal ini sudah barang tentu menjadi tugas para arkeolog untuk menerjemahkan dan mengartikan simbol-simbol atau lambang yang terkandung dalam tinggalan arkeologi, seperti misalnya simbol-simbol megalit dan pahatan di situs megalitik Bleber, Linggaasri, Wonobodro dan lain-lain.
Usaha dalam kegiatan ajar-mengajar harus mengedepankan pada aspek nilai luhur bukan hanya bagi siswa dan mahasiswa tetapi yang lebih penting harus mencakup anak didik paling dini. Dengan memberikan porsi cukup tentang budaya dan nilai luhur bangsa kepada anak didik, maka akan membuahkan anak didik yang bertanggungjawab pada jatidiri dan kepribadian serta bertanggungjawab pada keutuhan dan kemajuan bangsanya. Ketangguhan dan ketahanan budaya menjamin suatu bangsa tidak akan terombang-ambing oleh kemauan dan keinginan bangsa lain. Penanaman budaya sendiri dalam pembelajaran siswa-mahasiswa dan anak didik paling dini bukan berarti akan membimbing agar terbentuk generasi yang berdiri sendiri tanpa melihat dan mempedulikan budaya asing yang cocok. Ketangguhan budaya bukan berarti tidak menerima pengaruh asing, tetapi pengaruh yang datang dari luar harus disaring, budaya luar yang memperkaya budaya sendiri asalkan positif harus dapat diterima. Pendidikan selain menciptakan anak bangsa yang berilmu pengetahuan dan menguasai teknologi tinggi, tetapi harus diimbangi dengan penanaman nilai luhur. Pendidikan harus dapat menciptakan anak bangsa bukan hanya ilmu dan teknologi tetapi mencakup pula:
- Kebanggaan nasional,
- meningkatkan kepercayaan diri,
- meningkatkan jatidiri dan kepribadian,
- meningkatkan rasa ikut memiliki,
- menjunjung tinggi kebersamaan,
- meningkatkan jiwa patriotisme,
- meningkatkan persatuan dan kesatuan,
- meningkatkan ketangguhan dan ketahanan budaya bangsa,
- meningkatkan jiwa bergotong royong dan
- meningkatkan toleransi.
Warisan budaya dalam bentuk tinggalan arkeologi merupakan aset yang multifungsi. Dalam hal ini fungsi ekonomi tampaknya tidak dapat ditinggalkan. Tinggalan warisan budaya masa pra-sejarah, khususnya tradisi megalitik merupakan bangunan-bangunan monumental yang begitu unik, aneh, langka dan istimewa yang dapat dijadikan obyek dalam meningkatkan kepariwisataan. Dalam kehidupan global seperti sekarang ini setiap daerah diharapkan akan mampu meningkatkan berbagai aspek kehidupan, agar peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tersentuh. Dapat diketahui bahwa masyarakat Mesir, masyarakat India, China, Kamboja, dan lain-lain telah berhasil menarik jutaan dolar pertahun dengan tinggalan arkeologinya. Bahkan daerah seperti sekitar candi Prambanan, candi Borobudur dan lain-lain telah berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat pewarisnya melalui sektor pariwisata. Demikian juga tinggalan arkeologi pra-sejarah di Kabupaten Pekalongan hendaknya dapat dikemas agar mampu menarik wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Tinggalan yang begitu unik di Rogoselo, Wonobodro, Linggaasri, dan lain-lain hendaknya mampu dikemas sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat untuk sarana peningkatan kehidupan perekonomiannya.
Sumberdaya budaya, arkeologi dan tradisi di Kabupaten Pekalongan umumnya dan tinggalan megalitik khususnya merupakan aset daerah yang mampu menarik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Untuk mengembangkan kepariwisataan secara umum maka perlu ditempuh cara yaitu:
- Mengembangkan sistem pemasaran di dalam maupun di luar negeri.
- Meningkatkan citra Pekalongan khususnya dan Indonesia umumnya sebagai Obyek Daerah Tujuan Wisata (ODTW).
- Meningkatkan keunggulan saing dan keunggulan banding sumberdaya wisata termasuk tinggalan pra-sejarah.
- Meningkatkan ketersediaan akses informasi yang cepat.
- Mendorong kemajuan wisata dengan meningkatkan wisatawan minat khusus, wisata arkeologi (archeological tourism) dan wisata benda cagar budaya (cultural heritage tourism), wisata ziarah dan lain sebagainya.
Dengan demikian maka jelas bahwa dalam usaha pengembangan kepariwisataan Kabupaten Pekalongan harus mengacu pada 4 hal pokok yaitu:
- Melakukan pelestarian dan pengembangan budaya bangsa.
- Menumbuhkan pemahaman dan penghargaan terhadap obyek wisata prasejarah dengan sumberdaya alamnya.
- Meningkatkan obyek wisata yang berupa tinggalan arkeologi.
- Melakukan pemugaran, tamanisasi, renovasi, merekonstruksi tinggalan arkeologi khususnya situs pra-sejarah yang potensial.
- Meningkatkan kreativitas masyarakat untuk menciptakan barang untuk bisnis wisata yang berdasar pada arkeologi.
Dalam strategi Kebudayaan dan Pariwisata disebutkan bahwa tinggalan warisan budaya bangsa harus dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Hal ini dilakukan dengan melakukan berbagai langkah pengelolaan yang mencakup penelitian, penerbitan buku sabegai bahan informasi, melakukan rehabilitasi obyek, merenovasi, merekonstruksi dan membuat taman-taman purbakala, mendirikan museum dan lain-lain sebagai tempat rekreasi dan hiburan serta sebagai tempat ajar mengajar warisan budaya bangsa. Bagi anak-anak didik dari tingkat paling dini, siswa, dan mahasiswa, pemerhati budaya, penelti dan lain-lain.
Dalam usaha pengembangan batik Pekalongan sudah selayaknya dapat menggali potensi budaya dan arkeologi sebagai bahan inspirasi dalam motif (pola hias batik) dengan demikian dapat ditemukenali aspek arkeologi melalui batik yang dipandang sebagai nilai asli bangsa Indonesia. Usaha yang telah berhasil dalam pemanfaatan khasanah tinggalan arkeologi dalam pengembangan produk cinderamata sebagai contoh adalah para pengrajin tenun di NTT.
Para penenun dari Nusa Tenggara Timur telah berhasil dalam memanfaatkan tinggalan nenek moyangnya masa lalu (tradisi megalitik) untuk dimanfaatkan dalam pola hias tenun yang sekarang telah menjadi sangat terkenal sebagai barang dagangan atau cinderamata bagi turis yang berkunjung ke daerah Sumba, Flores, Solor, Alor dan lain sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar