Minggu, 19 Juni 2011

BAB III MASA PRASEJARAH DI KABUPATEN PEKALONGAN

Sejarah budaya Kabupaten Pekalongan pada dasarnya bukan hanya berfungsi untuk mengetahui dan memahami sejarah kehidupan masyarakat Pekalongan semata. Tetapi hal yang mendasar adalah bagaimana sejarah Kabupaten Pekalongan dapat membangkitkan kesadaran terhadap nilai-nilai luhur dan jiwa patriotisme dalam mencapai cita-cita nasional. Nilai-nilai luhur dimaksudkan adalah segala aspek kehidupan manusia yang berkaitan dengan kepribadian, jatidiri, kebersamaan dan gotong royong, dalam usaha pembangunan bangsa (nation building).

Tinggalan warisan budaya (cultural heritage) dalam bentuk berbagai bangunan atau benda masa prasejarah (prehistoric period) di Kabupaten Pekalongan begitu penting. Benda-benda prasejarah memegang peranan dalam pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan bahkan sektor yang lain (multisectoar).
Perlu diketahui bahwa keberadaan bangunan-bangunan megalitik (megalithic monuments) di daerah Kabupaten Pekalongan memberikan ciri keunikan, kelangkaan, kemegahan, keistimewaan bagi daerah sehingga tidak jarang membuat wilayah tersebut menjadi daerah yang dikenal dan mempunyai daya tarik wisata. Keberadaan benda tinggalan masa prasejarah yang bersifat monumental ini dapat mendukung aktivitas pengembangan kepariwisataan. Di lokasi-lokasi yang dekat dengan bangunan prasejarah tentu dapat dikembangkan dalam bentuk sarana-sarana penyediaan fasilitas untuk kepariwisataan antara lain untuk penginapan, pertokoan penjualan cinderamata, sarana transportasi, restoran dan lain sebagainya. Karena arti pentingnya tinggalan masa prasejarah (arkeologi) di Kabupaten Pekalongan ini maka perlu sosialisasi kepada masyarakat serta apresiasi agar muncul gairah keikutsertaan masyarakat melestarikannya guna kepentingan sektor kepariwisataan dalam membantu ekonomi daerah (lokal).
Pada dasarnya Kabupeten Pekalongan memiliki keragaman budaya dan yang paling menonjol adalah seni batik, disamping tinggalan warisan budaya yang tersebar dibagian selatan wilayah ini. Oleh karena itu Kabupaten Pekalongan memiliki sejarah dan karakteristik yang menjadi keunikan, kekhasan yang keberadaannya mencerminkan citra kota Pekalongan (image of the city).
Masa prasejarah adalah suatu masa sebelum ditemukan peninggalan tertulis. Oleh karena itu maka dalam usaha mengungkapkan manusia dan budaya prasejarah, dilakukan dengan bersumber pada tinggalan yang berupa artefak maupun ekofak . Artefak masa prasejarah terdiri dari berbagai macam antara lain alat-alat paleolitik (alat-alat batu masif), kapak neolitik, dolmen (meja batu), nekara perunggu, arca megalitik, arca menhir, menhir dan lain sebagainya. Hasil-hasil aktivitas kehidupan manusia misalnya tulang-tulang bekas makanan, kerang, dan sisa-sisa makanan lainnya, tulang binatang dan manusia yang biasanya disebut dengan ekofak juga dapat dipergunakan sebagai data dalam penelitian prasejarah. Penelitian tinggalan prasjarah juga memanfaatkan disiplin lain yang menunjang seperti geomorfologi, antropologi ragawi, kimia dan lain-lain. Masa prasejarah di Indonesia dapat dibagi menjadi:
1. Masa Paleolitik (masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana).
2. Masa Epipaleolitik (mesolitik) atau masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut.
3. Masa Neolitik (masa bercocok tanam).
4. Masa Paleometalik (bronze iron age) yang berkembang bersama tradisi megalitik.
Tinggalan arkeologi prasejarah di Kabupaten Pekalongan didominasi oleh tinggalan dari masa tradisi megalitik yang tersebar di perbukitan atau dipegunungan. Tinggalan dari masa –masa paleolitik yang merupakan masa tertua dengan ditandai bentuk-bentuk alat batu masif seperti kapak perimbas (chopper) kapak penetak (chopping-tool) belum berhasil ditemukan. Demikian juga hasil budaya masa epipaleolitik yang biasanya dapat dijumpai di gua-gua dan ceruk tidak ditemukan. Ketiadaan sumberbahan untuk pembuatan benda-benda neolitik seperti jenis batuan kwarsa (batuan kapur) menyebabkan tidak ditemukannya tanda-tanda keberadaan budaya neolitik. Bentuk-bentuk kapak batu (beliung) yang oleh masyarakat biasa disebut dengan ”gigi gledeg” tersebut tidak berhasil ditemukan.
Sementara di Kabupaten Pekalongan tinggalan tradisi megalitik diperkirakan muncul pada masa paleometalik atau masa perunggu besi (bronze iron age) pada sekitar 1500 SM – 500 Masehi. Secara tipologi tradisi megalitik di Pekalongan dapat dikelompokkan ke dalam bangunan megalitik yang berfungsi untuk pemujaan arwah leluhur. Sampai saat ini tinggalan megalitik masih ada yang dimanfaatkan sebagai tempat pemujaan, untuk memohon perlindungan, keselamatan kesuburan dan lain sebagainya. Hal ini dapat diketahui dengan informasi para sesepuh di situs teras berundak desa Rogoselo. Di samping bukti aktivitas pemujaan yang terdiri dari berbagai sisa-sisa ubarampe sesaji, seperti bunga yang telah mengering dan sisa pembakaran kemenyan.
Sumberdaya arkeologi prasejarah di Kabupaten Pekalongan merupakan aset daerah yang sangat berharga. Tinggalan prasejarah terdiri dari berbagai bentuk megalit yang tersebar di perbukitan bagian selatan daerah ini. Kemajemukan tinggalan arkeologi terdiri dari benda-benda yang berasal dari berbagai periode, seperti prasejarah, perkembangan agama Hindu-Budha, perkembangan Islam Awal, bahkan masa kolonial. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kabupaten Pekalongan merupakan daerah ”multi component site”. Tinggalan megalitik merupakan warisan nenek moyang yang dominan dan merupakan bangunan monumental yang mempunyai fungsi ganda secara multidimensional dan multisector. Dalam perkembangan dunia masa kini, tinggalan purbakala atau biasa disebut benda cagar budaya banyak yang dimanfaatkan sebagai sarana untuk modal dasar pembangunan. Tinggalan prasejarah Kabupaten Pekalongan dapat dimanfaatkan dalam peningkatan ilmu pengetahuan, peningkatan jatidiri dan kepribadian, pariwisata, ekonomi dan lain-lain. Tinggalan prasejarah terdiri dari tinggalan yang berujud (tangible) dan tinggalan tidak berujud (intangible). Benda-benda yang bersifat tangible erat kaitannya dengan pengembangan pariwisata dan pengetahuan sementara benda yang bersifat intangible berkaitan erat dengan nilai-nilai kehidupan ”adiluhung”. Dalam peningkatan nilai luhur bangsa, tinggalan arkeologi memiliki nilai-nilai kemandirian (lokal genius) yang dapat membangun jatidiri dan karakter budaya (cultural caracter) dan identitas budaya bangsa, (cultural identity). Seorang ahli arkeologi Grahame Clark mengatakan bahwa arkeologi (termasuk prasejarah) memiliki bukti-bukti yang dapat memperkuat ”sense of belonging”. Sementara rasa ikut memiliki sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa (nation building). Budaya kabupaten Pekalongan pada dasarnya merupakan hasil budaya yang tidak hanya bersifat lokal, tetapi memiliki sifat nasional, regional bahkan internasional. Secara nasional budaya kuno di Pekalongan yang muncul dalam bentuk bangunan-bangunan batu besar dapat memberikan sumbangan yang besar dalam pembinaan dan pengembangan budaya nasional (budaya bangsa). Nilai-nilai yang melekat pada bangunan-bangunan megalitik dan hasil budaya masa lalu lainnya akan memperkaya perbendaharaan budaya bangsa.
Kemajuan pariwisata yang telah berhasil menyedot jutaan dolar pertahun di Mesir, India, Thailand, China, Jepang dan lain-lain sangat ditopang oleh anekaragam tinggalan arkeologi (diversivikasi hasil budaya). Perubahan paradigma kehidupan di negara-negara maju di Eropa maupun Amerika dimana kehidupan rutinitas yang dimotori oleh kemajuan teknologi yang luar biasa, telah memposisikan tenaga manusia sebagai robot . Hal ini akan membuat kejenuhan dan kejemuan masyarakat negara maju. Oleh karena itu mereka kehilangan jatidiri dan kepribadian. Akhirnya mereka lari mencari jatidiri dan kehidupan asli. Sementara yang asli hanya terdapat pada tinggalan-tonggalan arkeologi (purbakala). Hal ini menyebabkan mereka banyak yang berkunjung ke situs-situs arkeolgi diberbagai penjuru dunia.
Tinggalan megalitik di Kabupeten Pekalongan merupakan modal dasar dalam pengembangnan kepariwisataan antara lain dapat dijadikan, sebagai obyek wisata arkelogi (archaeological tourism), maupun sebagai obyek wisata budaya (cultural haritage tourism) Hal ini dapat dimengerti karena tinggalan arkeologi memiliki nilai keunikan, kelangkaan, keistimewaan, keaslian, nilai historis dan lain-lain yang merupakan daya tarik utama dalam pariwisata. Demikian pula tinggalan megalitik di Kabupaten Pekalongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar